Nama : Sada Arih
Kelas : 1DA04
NPM : 49211159
1. Tata Surya
Gambaran
umum Tata Surya (Ukuran planet digambarkan sesuai skala, sedangkan jaraknya
tidak): Matahari, Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Ceres, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus, Pluto, Haumea, Makemake dan Eris.
Tata
Surya adalah kumpulan benda langit yang terdiri atas
sebuah bintang yang disebut Matahari dan semua objek yang terikat oleh gaya gravitasinya. Objek-objek tersebut termasuk delapan buah planet yang sudah diketahui dengan orbit berbentuk elips, lima planet kerdil/katai, 173 satelit alami yang telah diidentifikasi[b], dan jutaan benda langit (meteor, asteroid, komet) lainnya.
Tata Surya terbagi menjadi
Matahari, empat planet bagian dalam, sabuk asteroid, empat planet bagian luar, dan di bagian terluar adalah Sabuk Kuiper dan piringan tersebar. Awan Oort diperkirakan terletak di daerah terjauh yang berjarak sekitar seribu
kali di luar bagian yang terluar.
Berdasarkan jaraknya dari
matahari, kedelapan planet Tata Surya ialah Merkurius (57,9 juta km), Venus (108 juta km), Bumi (150 juta km), Mars (228 juta km), Yupiter (779 juta km), Saturnus (1.430 juta km), Uranus (2.880 juta km), dan Neptunus (4.500 juta km). Sejak pertengahan 2008, ada lima objek angkasa yang diklasifikasikan sebagai planet kerdil. Orbit planet-planet kerdil, kecuali Ceres, berada lebih jauh dari
Neptunus. Kelima planet kerdil tersebut ialah Ceres (415 juta km. di sabuk asteroid; dulunya diklasifikasikan sebagai
planet kelima), Pluto (5.906 juta km.; dulunya diklasifikasikan sebagai planet kesembilan), Haumea (6.450 juta km), Makemake (6.850 juta km), dan Eris (10.100 juta km).
Enam dari kedelapan planet dan
tiga dari kelima planet kerdil itu dikelilingi oleh satelit alami. Masing-masing planet bagian luar dikelilingi oleh cincin planet yang terdiri dari debu dan partikel lain.
Asal usul Tata Surya
Banyak hipotesis tentang asal
usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, di antaranya :
Pierre-Simon
Laplace, pendukung Hipotesis Nebula
Gerard
Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi
Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali
dikemukakan oleh Emanuel
Swedenborg (1688-1772) tahun 1734 dan disempurnakan oleh Immanuel Kant (1724-1804) pada tahun 1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh Pierre Marquis de Laplace secara independen pada tahun 1796. Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula
Kant-Laplace, menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut
raksasa. Kabut ini terbentuk dari debu, es, dan gas yang disebut nebula, dan unsur gas yang sebagian besar hidrogen. Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan
berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi bintang
raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar semakin cepat,
dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling matahari. Akibat gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan
membentuk planet dalam dan planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari
planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama
kali dikemukakan oleh Thomas C.
Chamberlin dan Forest R. Moulton pada tahun 1900. Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk
akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan matahari, pada masa
awal pembentukan matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan terjadinya tonjolan
pada permukaan matahari, dan bersama proses internal matahari, menarik materi
berulang kali dari matahari. Efek gravitasi bintang mengakibatkan terbentuknya
dua lengan spiral yang memanjang dari matahari. Sementara sebagian besar materi
tertarik kembali, sebagian lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan
menjadi benda-benda berukuran kecil yang mereka sebut planetisimal dan beberapa yang besar sebagai protoplanet. Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk
planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan
asteroid.
Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang
pertama kali dikemukakan oleh James Jeans pada tahun 1917. Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada
matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya sejumlah
besar materi dari matahari dan bintang lain tersebut oleh gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet. Namun
astronom Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak
mungkin terjadi. Demikian
pula astronom Henry Norris
Russell mengemukakan keberatannya
atas hipotesis tersebut.
Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya
dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama G.P. Kuiper (1905-1973) pada tahun 1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola
kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar
awalnya dikemukakan oleh Fred Hoyle (1915-2001) pada tahun 1956. Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua
bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya meledak
meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap oleh gravitasi
bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang
sesungguhnya
Ilustrasi skala
Komponen utama sistem Tata
Surya adalah matahari, sebuah bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi
seluruh dengan gaya gravitasinya. Yupiter dan Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari matahari, mencakup kira-kira 90
persen massa selebihnya.
Hampir semua objek-objek besar
yang mengorbit matahari terletak pada bidang edaran bumi, yang umumnya dinamai ekliptika. Semua planet terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek
sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan
ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek
Tata Surya juga mengorbit mengelilingi matahari berlawanan dengan arah jarum
jam jika dilihat dari atas kutub utara matahari, terkecuali Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling matahari
bergerak mengikuti bentuk elips dengan matahari sebagai salah satu titik
fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari matahari (sumbu semi-mayor-nya
lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips, jarak
antara objek dengan matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak terdekat antara
objek dengan matahari dinamai perihelion, sedangkan jarak terjauh dari matahari dinamai aphelion. Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan
terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir berbentuk
lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper kebanyakan orbitnya
berbentuk elips.
Untuk mempermudah
representasi, kebanyakan diagram Tata Surya menunjukan jarak antara orbit yang
sama antara satu dengan lainnya. Pada kenyataannya, dengan beberapa
perkecualian, semakin jauh letak sebuah planet atau sabuk dari matahari,
semakin besar jarak antara objek itu dengan jalur edaran orbit sebelumnya.
Sebagai contoh, Venus terletak sekitar sekitar 0,33 satuan astronomi (SA) lebih dari Merkurius, sedangkan Saturnus adalah 4,3 SA dari Yupiter, dan Neptunus terletak 10,5 SA dari Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar
orbit ini (hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di
Tata Surya juga memiliki sistem sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit
alami yang disebut satelit. Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari
planet. Hampir semua satelit alami yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit
berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar juga
memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit secara
serempak.
Zona planet
Zona Tata
Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar,
dan sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)
Di zona planet dalam, Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet Merkurius (jarak dari matahari 57,9 × 106 km, atau
0,39 SA), Venus (108,2 × 106 km, 0,72 SA), Bumi (149,6 × 106 km, 1 SA) dan Mars (227,9 × 106 km, 1,52 SA). Ukuran
diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara
3,95 g/cm3 dan 5,52 g/cm3.
Antara Mars dan Yupiter terdapat daerah yang disebut sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini
hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat: Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih. Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan
dikategorikan sebagai planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa
menyimpangi Merkurius (Icarus) dan Uranus (Chiron).
Pada zona planet luar,
terdapat planet gas raksasa Yupiter (778,3 × 106 km, 5,2 SA), Uranus (2,875 × 109 km, 19,2 SA) dan Neptunus (4,504 × 109 km, 30,1 SA) dengan massa
jenis antara 0,7 g/cm3 dan 1,66 g/cm3.
Jarak rata-rata antara
planet-planet dengan matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan baris matematis Titus-Bode. Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan
merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya. Anehnya,
planet Neptunus tidak muncul di baris
matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat berspekulasi bahwa Neptunus
merupakan hasil tabrakan kosmis.
Matahari
Matahari
dilihat dari spektrum sinar-X
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem
Tata Surya ini. Bintang ini berukuran 332.830 massa bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk
bisa mendukung kesinambungan fusi nuklir dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini
dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik, termasuk
spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke
dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang berukuran tengahan, tetapi nama ini
bisa menyebabkan kesalahpahaman, karena dibandingkan dengan bintang-bintang
yang ada di dalam galaksi Bima Sakti, matahari termasuk cukup besar dan cemerlang.
Bintang diklasifikasikan dengan diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai luminositas sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang
lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola ini
dikatakan terletak pada deret utama, dan matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi,
bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari matahari adalah
langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin adalah umum.
Dipercayai bahwa posisi
matahari pada deret utama secara umum merupakan "puncak hidup" dari
sebuah bintang, karena belum habisnya hidrogen yang tersimpan untuk fusi
nuklir. Saat ini Matahari tumbuh semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat
kecemerlangannya adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
Matahari secara metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori
ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi alam semesta, sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada
hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan
dengan bintang "populasi II". Unsur-unsur yang lebih berat daripada hidrogen dan helium terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak.
Bintang-bintang generasi pertama punah terlebih dahulu sebelum alam semesta
dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua
mengandung sangat sedikit metal, sedangkan bintang baru mempunyai kandungan
metal yang lebih tinggi. Tingkat metalitas yang tinggi ini diperkirakan
mempunyai pengaruh penting pada pembentukan sistem Tata Surya, karena
terbentuknya planet adalah hasil penggumpalan metal.
Medium
antarplanet
Lembar aliran heliosfer, karena gerak rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet.
Di samping cahaya, matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (plasma) yang dikenal sebagai angin matahari. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5
juta kilometer per jam, menciptakan atmosfer tipis (heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga heliopause).
Kesemuanya ini disebut medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada
permukaan matahari, seperti semburan matahari (solar flares) dan lontaran
massa korona (coronal mass ejection)
menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa. Struktur terbesar dari heliosfer dinamai lembar aliran heliosfer (heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena
gerak rotasi magnetis matahari terhadap medium antarplanet. Medan magnet bumi mencegah atmosfer bumi berinteraksi dengan angin matahari. Venus dan Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar
angkasa. Interaksi antara angin matahari dan medan magnet bumi menyebabkan
terjadinya aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan
melindungi Tata Surya dari sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah
peran perlindungan selanjutnya. Densitas sinar kosmik pada medium
antarbintang dan kekuatan medan magnet
matahari mengalami perubahan pada skala waktu yang sangat panjang, sehingga
derajat radiasi kosmis di dalam Tata Surya sendiri adalah bervariasi, meski
tidak diketahui seberapa besarnya.
Medium antarplanet juga
merupakan tempat beradanya paling tidak dua daerah mirip piringan yang berisi
debu kosmis. Yang pertama, awan debu zodiak, terletak di Tata Surya bagian
dalam dan merupakan penyebab cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari
tabrakan dalam sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet. Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin
disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam Sabuk Kuiper.
Tata Surya
bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah
nama umum yang mencakup planet kebumian dan asteroid. Terutama terbuat dari silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter
dan Saturnus.
Planet-planet
bagian dalam
Planet-planet
bagian dalam. Dari kiri ke kanan: Merkurius, Venus, Bumi, dan Mars (ukuran menurut skala)
Empat planet bagian dalam atau planet kebumian (terrestrial planet) memiliki
komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak mempunyai
satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi Planet-planet ini terutama
adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti silikat yang membentuk kerak dan
selubung, dan logam seperti besi dan nikel yang membentuk intinya. Tiga dari
empat planet ini (Venus, Bumi dan Mars) memiliki atmosfer, semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis
seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara
matahari dan bumi (Merkurius dan Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
Merkurius (0,4 SA dari matahari) adalah planet terdekat dari matahari serta juga
terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan ciri
geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges
atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal
sejarahnya. Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari
atom-atom yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin matahari.
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat diterangkan.
Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas setelah terjadi
tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya terhambat oleh
energi awal matahari.
Venus
Venus (0,7 SA dari matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan
seperti bumi, planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi planet ini
lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih padat dari bumi.
Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet terpanas dengan suhu
permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar disebabkan jumlah gas rumah
kaca yang terkandung di dalam atmosfer. Sejauh ini aktivitas geologis Venus
belum dideteksi, tetapi karena planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa
mencegah habisnya atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung
berapi.
Bumi
Bumi (1 SA dari matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan
terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan
satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya yang
cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga merupakan
satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik. Atmosfer bumi
sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena dipengaruhi oleh
keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
Mars (1,5 SA dari matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107
massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya adalah karbon
dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi
gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris, menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru
belakangan ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya
besi. Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.
Sabuk
asteroid
Tidak ada komentar:
Posting Komentar