Dalam tulisan berikut ini saya akan
mencoba membahas tentang radioaktivitas. Pertama, kita harus memahami
definisi dari radioaktivitas. Radioaktivitas menurut definisi dari
Herman Chamber dalam bukunya yang berjudul Health Physics Introduction
adalah Transformasi - transformasi inti - inti (nuklir) yang terjadi
secara spontan dan menyebabkan terbentuknya unsur - unsur baru.
Transformasi ini disertai dari salah satu dari beberapa mekanisme yang
berbeda yaitu emisi partikel alfa, emisi partikel beta dan positron
serta penangkapan elektron orbital. Masing - masing dari mekanisme yang
terjadi mungkin disertai emisi partikel gama namun mungkin juga tidak.
Berbagai cara transformasi radioaktif ditentukan oleh dua faktor yaitu
- Ketidakstabilan inti. Yaitu apakah rasio netron terhadap proton terlalu tinggi atau terlalu rendah
- Hubungan massa - energi antara inti atom induk (parent nucleus), inti atom anakan (daughter nucleus) serta partikel yang dipancarkan
Emisi Partikel Alfa
Partikel alfa pada dasarnya terdiri dari 2 proton dan 2 netron atau identik dengan inti helium. Partikel ini sangat masif dan
berenergi tinggi serta dipancarkan dari inti isotop radioaktif yang
memiliki rasio netron terhadap proton yang terlalu rendah.
84210Po ----------------> 24He + 82206Pb
Pada contoh tentang peluruhan Polonium
diatas dapat dilihat bahwa rasio netron terhadap proton dari polonium
adalah 1.5 : 1 . Namun setelah mengalami peluruhan dengan menembakkan
partikel alfa, maka dihasilkan unsur Pb-82 yang stabil dengan rasio
netron terhadap proton 1,51 : 1
Suatu inti yang memancarkan partikel
alfa, terkadang meninggalkan keadaan eksitasi pada inti anakan, yang
kemudian menghasilkan emisi sinar gamma untuk mengembalikan inti pada
keadaan dasar (stabil). Seperti contoh yang terjadi pada tranformasi
inti 226Ra menjadi 222Rn dimana energi partikel alfa sebesar 7.77 MeV dipancarkan sehingga mengghasilkan inti 222Rn
yang stabil. dan energi partikel alfa sebesar 4,591 MeV dipancarkan dan
meninggalkan keadaan tereksitasi yang kemudian kembali ke keadaan
stabil dengan sebelumnya memancarkan sinar gamma sebesar 0.186 MeV.
Yang menjadi misteri menurut Fisika
Klasik, partikel alfa tidaklah memiliki cukup energi untuk keluar dari
potensial barier inti. Hal ini diketahui setelah radius inti dapat
ditentukan melalui Eksperimen Hamburan Rutherford sehingga memungkinkan
diketahuinya tinggi potensial barier pada inti atom yang ternyata
memiliki energi yang lebih tinggi dari energi partikel alfa yang mampu
diamati dalam eksperimen. Pemecahan atas masalah ini muncul dalam
mekanika kuantum yakni sebuah partikel alfa dapat terlepas dari sumur
potensialnya melalui efek terobosan kuantum.
Partikel alfa, karena memiliki muatan
listrik dan massa yang relatif besar menyebabkan partikel ini memiliki
kemampuan yang sangat terbatas dalam menembus bahan dan menjadi cepat
kehilangan energi di udara. Sehelai kertas tisu bahkan kulit mati tsudah
cukup tebal untuk menyerap semua radiasi alfa yang keluar dari bahan -
bahan radioaktif.
Ini mengakibatkan radiasi alfa yang
berasal dari sumber - sumber di luar tubuh bukan merupakan sebuah
bahaya. Namun akan menjadi bahaya jika isotop -isotop pemancar alfa
tersebut terendap secara internal (di dalam tubuh) seperti terhirup,
tertelan, atau bahkan terserap ke dalam aliran darah. Sehingga tidak ada
lagi shielding effect berupa lapisan terluar kulit mati. Ini
dapat menyebabkan radiasi alfa tersebut dihamburkan pada jaringan
hidup, sehingga berakibat toksin,
yakni menimbulkan resiko kanker, khususnya setelah diketahui bahwa
radiasi alfa dapat menyebabkan kanker paru - paru ketika sumber radiasi
alfa tak sengaja terhisap.
Muatan positif dari partikel alfa sangat
berguna dalam industri. Misalnya, radium-226 dapat digunakan untuk
pengobatan kanker, yakni dengan memasukkan jumlah kecil radium ke daerah
yang terkena tumor. Polonium-210 berfungsi sebagai alat static eliminator dari paper mills
di pabrik kertas dan industri lainnya. Beberapa Detektor asap
memanfaatkan emisi alfa dari americium-241untuk membantu menghasilkan
arus listrik sehingga mampu membunyikan alarm saat kebakaran.
Sumber :
Tedy Tri Saputro
Mahasiswa Program Diploma-4
Elektronika Instrumentasi
Jurusan Teknofisika Nuklir
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN, Yogyakarta
Mahasiswa Program Diploma-4
Elektronika Instrumentasi
Jurusan Teknofisika Nuklir
Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN, Yogyakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar