Kapang (mould/filamentous fungi)
merupakan mikroorganisme anggota Kingdom Fungi yang membentuk hifa
(Carlile & Watkinson 1994). Kapang bukan merupakan kelompok
taksonomi yang resmi, sehingga anggota-anggota dari kapang tersebar ke
dalam filum Glomeromycota, Ascomycota, dan Basidiomycota (Hibbett et al.
2007).
Carlile & Watkinson (1994) menyatakan bahwa jumlah spesies fungi
yang telah teridentifikasi hingga tahun 1994 mencapai 70.000 spesies,
dengan perkiraan penambahan 600 spesies setiap tahun. Dari jumlah
tersebut, sekitar 10.000 spesies merupakan kapang. Menurut Moncalvo
(1997) dan Kuhn & Ghannoum (2003), sebagian besar spesies fungi
terdapat di daerah tropis disebabkan karena kondisi iklim daerah torpis
yang hangat dan lembab yang mendukung pertumbuhannya. Habitat kapang
sangat beragam, namun pada umumnya kapang dapat tumbuh pada substrat
yang mengandung sumber karbon organik (Carlile & Watkinson 1994).
Kapang yang tumbuh dan mengkolonisasi bagian-bagian di dalam ruangan
telah banyak diteliti. Kapang tersebut mudah dijumpai pada bagian-bagian
ruangan yang lembab, seperti langit-langit bekas bocor, dinding yang
dirembesi air, atau pada perabotan lembab yang jarang terkena sinar
matahari. Genus kapang yang sering dijumpai tumbuh di dalam ruangan
adalah Cladosporium, Penicillium, Alternaria, dan Aspergillus (Mazur et. al. 2006). Penelitian lain yang dilakukan oleh Brasel et al. (2005) menunjukkan bahwa kapang dari genus Stachybotrys juga ditemukan tumbuh di dalam ruangan.
Kapang melakukan reproduksi dan penyebaran menggunakan spora. Spora
kapang terdiri dari dua jenis, yaitu spora seksual dan spora aseksual
(Carlile & Watkinson 1994). Menurut Champe et al. (1981) dan Carlile
& Watkinson (1994), spora aseksual dihasilkan lebih cepat dan dalam
jumlah yang lebih banyak dibandingkan spora seksual. Spora aseksual
memiliki ukuran yang kecil (diameter 1 – 10 μm) dan ringan, sehingga
penyebarannya umumnya secara pasif menggunakan aliran udara (Carlile
& Watkinson 1994). Apabila spora tersebut terhirup oleh manusia
dalam jumlah tertentu akan mengakibatkan gangguan kesehatan (Curtis et
al. 2004).
Gangguan kesehatan yang diakibatkan spora kapang terutama akan menyerang
saluran pernapasan. Asma, alergi rinitis, dan sinusitis merupakan
gangguan kesehatan yang paling umum dijumpai sebagai hasil kerja sistem
imun tubuh yang menyerang spora yang terhirup (Curtis et al. 2004; Mazur
et al. 2006). Penyakit lain adalah infeksi kapang pada saluran
pernapasan, atau disebut mikosis. Salah satu penyakit mikosis yang umum
adalah Aspergillosis, yaitu tumbuhnya kapang dari genus Aspergillus pada saluran pernapasan (Soubani & Chandrasekar 2002). Selain genus Aspergillus, beberapa spesies dari genus Curvularia dan Penicillium juga dapat menginfeksi saluran pernapasan dan menunjukkan gejala mirip seperti Aspergillosis (Mazur et al. 2006).
Sumber :
1. Bartlett, K.H., S.M. Kennedy, M. Brauer, C. van Netten & B. Dill. 2004. Evaluation and a predictive model of airborne fungal concentrations in school classrooms. Ann. occup. Hyg., 48(6): 547 – 554.
2. Brassel, T.L., J.M. Martin, C.G. Carriker, S.C. Wilson & D.C. Straus. 2005. Detection of airborne Stachybotrys chartarum macrocyclic trichothecene mycotoxins in indoor environment. Applied and Enviromental Microbiology, 71(11): 7376 – 7388.
3. Carlile, M.J. & S.C. Watkinson. 1994. The fungi. Academic Press Ltd., London: xiii + 482 hlm.
4. Champe, S.P., M.B. Kurtz, L.N. Yager, N.J. Butnick & D.E. Axelrod. 1981. Spore formation in Aspergillus nidulans: Competence and other developmental processes. Dalam: Turian,G. & H.R. Hohl. (eds). 1981. The fungal spore: Morphogenetics controls. Academic Press, London: 255 – 276.
5. Curtis, L., A. Lieberman, M. Stark, W. Rea & M. Vetter. 2004. Adverse healt effect of indoor molds. Journal of Nutritional & Environment, 14(3): 261 – 274.
6. Dahlan, Z. 1998. Masalah asma di Indonesia dan penanggulangannya. Cermin Dunia Kedokteran, 121: 5 – 9.
7. Gent, J.F., P. Ren, K.Belanger, E.Triche, M.B. Bracken,T.R. Holford,& B.P. Leaderer. 2002. Levels of household mold associated with respiratory symptoms in the first year of life in a cohort at risk for asthma. Environmental Health Perspectives, 110(12): A781 – A786.
8. Hibbet, D.S., et al. 2007. A higher-level phylogenetic classification of the Fungi. Mycological Research, 111: 509 – 547.
9. Kuhn, D.M. & M.A. Ghannoum. 2003. Indoor mold, toxigenic fungi, and Stachybotrys chartarum: Infectious disease perspective. Clinical Microbiology Reviews, 16(1): 144 – 172.
10. Mazur, L.J., J. Kim & the Commitee on Environmental Health. 2006. Spectrum of noninfectious healt effects from molds. Pediatrics, 118: 1909 – 1926.
11. Moncalvo, J-M. 1997. Evaluation of fungi biological diversity in the tropics: Systematics perspective. Dalam: Janardhanan, K.K., C. Rajendran, K. Natarajan & D.L. Hawksworth. (eds). 1997. Tropical mycology. Science Publications Inc., Enfield: 1 – 26.
12. Soubani, A.O. & P.H. Chandrasekar. 2002. The clinical spectrum of pulmonary aspetgillosis. Chest, 121(6): 1988 – 1999. 13. Verhoeff, A.P., et al.1992. Presence of viable mold propagules in air in relation to house damp and outdoor air. Allergy 47: 83 – 91.
Sumber gambar : http://www.air.ky.gov/FAQ/Mold.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar