Minggu, 29 April 2012

KETAHANAN NASIONAL BANGSA INDONESIA


KETAHANAN NASIONAL BANGSA INDONESIA

A. PEMAHAMAN AWAL
Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional.

Ide Nasionalisme yaitu membangun satu bangsa yg kuat dan bersatu dicetuskan oleh Bung Karno, Presiden RI Pertama.Patriotisme adalah kecintaan kepada Bangsa dan Negara Indonesia,melintasi kecintaan pada suku-suku bangsa. Pembentukan Jong Java, Jong Sulawesi, dan Jong-Jong lain pada saat itu hanyalah sebuah upaya agar bisa terjadi dialog dan diskusi antar pemuda-pemuda harapan bangsa, menyamakan persepsi untuk membentuk Negara Kesatuan RI. Ketahanan adalah pertahanan dalam arti luas, termasuk non-militer,termasuk didalamnya ketahanan SDM, ketahanan kesehatan (terhadap penyakit flu burung, dll), ketahanan terhadap persaingan bisnis(internasional), ketahanan terhadap serbuan teknologi asing, dll.

Ketahanan Nasional akan menumbuhkan Resilence, kemampuan Bangsa ini untuk Bangkit kembali, setelah diterpa oleh badai Krisis Moneter 1997, tepat 10-tahun yang lalu. Anhar Gonggong, Dosen Politik UI memberikan gagasan,bahwa bangsaIndonesia selama 3-abad tidak mampu melepaskan diri dari belenggupenjajahan dengan kekuatan fisik. Namun dengan upaya yang memanfaatkankekuatan Otak, mampu memerdekakan diri dari penjajahan Belanda dalam kurun waktu hanya 3-dekade. Ini dimulai oleh para pemikir muda Indonesia pada 20 Oktober 1928 yang lalu, dipimpin oleh Sukarno, Hatta, Syahrir, dan kawan-kawan pemuda lainnya.

Saya sangat mendukung gagasan Pak Anhar Gonggong untuk menggunakan kemampuan berpikir bangsa Indonesia dalam melepaskan diri dari penjajahan modern masa kini, yaitu:
-penjajahan ekonomi, ketergantungan Indonesia pada negara-negara besar, IMF, dll
-penjajahan politik, mengekor pada politik negara-negara besar
-penjajahan informasi, menyebarluaskan berbagai budaya, informasi yang meng-kerdilkan bangsa ini.
Contohnya, gencarnya informasi melalui media-media lokal, internasional dan antek-antek asing untuk menjelekkan citra Indonesia dimata Internasional, sehingga negeri ini dapat embargo ekonomi dan politik.

Contoh Informasi yang menyesatkan yang paling sering di-quote oleh media, terutama Harian Kompas, adalah:
- Indonesia adalah negara pembajak software terbesar ke-3, padahal tidak pernah ada survey terbuka atau cara menghitungnya berdasarkan kriteria yang jelas yang pernah dipublisir. Sebaliknya, informasi yang diberikan secara terbuka, yaitu bahwa berdasarkan sebuah survey resmi instansi Pemerintah, hanya menghasilkan tingkat pembajakan software di Instansi-Instansi Pemerintahan sebesar 37%, sisanya 36% pakai software berlisensi Corporate, 23%pakai software berlisensi Individual, dan 4% pakai software bukan bajakan yang diperoleh dengan cara lain (misalnya, sample atau trial software). Informasi ini tidak pernah di-quote oleh media-media Indonesia, karena mereka tidak suka dengan berita baik tentang negeri ini(pegangan mereka, BAD news is GOOD news). Mungkin juga mereka membawa misi tertentu, dari vendor asing atau negara asing, untuk meng-kerdilkan Indonesia dan memajukan bisnis asing mereka. Informasi lain yg disebar-luaskan media yang mengakibatkan Indonesia gagal terpilih sebagai Anggota Dewan ICAO (International Civil Aviation Authority) adalah tentang keamanan penerbangan di Indonesia. Dampak lainnya adalah dilarangnya Penerbangan Indonesia mendarat diEropa yg berdampak pada kerugian maskapai-maskapai penerbangan Indonesia. Informasi lain yang mulai dihembus-hembuskan akhir-akhir ini adalah bahwa Indonesia adalah negeri penghasil emisi CO2 terbesar KETIGA di Dunia, setelah USA dan Cina. Bagaimana cara menghitungnya??? Indonesia hanyalah negeri yang baru saja memasuki tahap Industrialisasi, dan  produksinya tidak lebih dari 1-2% produksi dunia! Pasti ini adakaitannya dengan politik dagang negeri asing, dengan tujuan untuk meng-embargo produk-produk Indonesia.

Pada kesempatan ini saya ingin menghimbau para media Nasional yang masih punya rasa Nasionalisme dan Patriotisme untuk melawan serangan informasi negara-negara asing, yang pasti untuk menjatuhkan citra Indonesia, menolak produk-produk Indonesia dan memblokir transaksi perdaganagn fisik dan elektronik dari Indonesia. Dengan semangat Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928, marilah kita galang persatuan dan kesatuan, tingkatkan Nasionalisme dan Patriotisme kita masing-masing, dan lawanlah serangan informasi-informasi yang memojokkan Bangsa dan Negara INDONESIA.
Janganlah kita menjual negeri ini untuk sekadar keuntungan kecil finansial dengan mengorbankan kepentingan Nasional yang jauh lebih besar!
Semoga Indonesia makin maju, makin jaya, makin makmur dan sejahtera bagi mayoritas rakyat Indonesia.

B. INDIKATOR KETAHANAN NASIONAL
Bangsa Indonesia dikatakan sudah memiliki Ketahanan Nasional yang baik, saat dapat mengubah kelemahan-kelemahan yang ada menjadi sebuah peluang serta dapat memanfaatkan kelebihan-kelebihan yang ada untuk mengatasi ancaman yang timbul baik dari dalam maupun dari luar. Hal ini dapat dibuktikan dengan terwujudnya cita-cita dan tujuan nasional bangsa Indonesia, yaitu
Ø  Mencerdaskan kehidupan bangsa
Ø  Memajukan kesejahteraan umum
Ø  Melindungi segenap tumpah darah Indonesia

C. INTERAKSI ANTARA INDIKATOR DALAM KETAHANAN NASIONAL
1.      Aspek Ideologi dengan Aspek Politik
Bangsa Indonesia yang berlandaskan ideologi Pancasila, memberikan kebebasan kepada seluruh warga negaranya untuk mendapatkan hak berpolitik yaitu dipilih dan memilih dalam pemilihan kepala daerah atau kepala negara.

2.      Aspek Ideologi dengan Aspek Ekonomi
Dengan adanya Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, maka berkembanglah paham Ekonomi Kerakyatan yang merupakan hasil pembauran dari nilai-nilai yang terkandung didalam Ekonomi Liberal dan Ekonomi Sosialis.

3.      Aspek Ideologi dengan Aspek Sosial Budaya
Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, memiliki semboyan BHINNEKA TUNGGAL IKA yang merupakan kristalisasi dari nilai-nilai sosial budaya yang tumbuh dan berkembang didalam kemajemukan bangsa Indonesia.

4.      Aspek Ideologi dan Aspek Hankam
Diatur dan ditetapkannya salah satu kewajiban warga negara Indonesia dalam pertahanan dan keamanan sesuai dengan yang tercantum pada Pasal 30 UUD 1945 Amandemen Ke-empat.

5.      Aspek Politik dengan Aspek Aspek Ekonomi
Bangsa Indonesia yang menganut paham politik bebas dan aktif, telah memberikan kesempatan yang besar kepada dunia Internasional  untuk berperan aktif dalam perkembangan perekonomian, dengan membuka diri melalui pencanangan “ Indonesia Menyonsong AFTA 2010 dan Globalisasi 2015 “.

6.      Aspek Politik dengan Aspek Sosial Budaya
Jika dalam suatu proses pengambilan keputusan mengalami suatu deadlock / penangguhan sementara karena belum tercapainya kata sepakat, maka sesuai tradisi bangsa Indonesia dilakukanlah “ Musyawarah untuk Mufakat “.

7.      Aspek Politik dengan Aspek Hankam
Mewujudkan perdamaian dunia dengan mengirimkan Pasukan Garuda sebagai Pasukan Perdamaian PBB kedaerah rawan konflik.

8.      Aspek Ekonomi dengan Aspek Sosial Budaya
Tumbuh dan berkembangnya koperasi sebagai unit-unit usaha kecil dan menengah ditengah masyarakat ekonomi yang berbasis kerakyatan.

9.      Aspek Ekonomi dengan Aspek Hankam
Dengan adanya kegiatan perekonomian yang berbasis kerakyatan, sangat diharapkan dapat menciptakan stabilitas ekonomi yang pada akhirnya akan mewujudkan Stabilitas Nasional.

10.  Aspek Sosial Budaya dengan Aspek Hankam
Nilai-nilai moral yang terkandung didalam setiap kehidupan masyarakat Indonesia yang tumbuh dan berkembang dari sebuah kebudayaan, sangat diharapkan dapat menjadi alat pemersatu bangsa yang majemuk ini.

Sumber :
Paper KWN, Octovianus Matius .2010 .Universitas Diponegoro
Lemhannas. Pendidikan Kewarganegaraan. 2005. Jakarta:PT Gramedia Pustaka Utama

Tidak ada komentar:

Posting Komentar