SISTEM INFORMASI MANAJEMAN
"DALAM PENDUKUNG KEPUTUSAN
PEMILIHAN KARYAWAN BERPRESTASI BERDASARKAN KINERJA"
kali oleh Michael S. Scoott
Morton pada tahun 1970-an dengan istilah Management Decision System
(Sprague,1982). SPK dirancang untuk mendukung seluruh tahap pengambilan
keputusan mulai dari mengidentifikasi masalah, memilih data yang relevan, dan
menentukan pendekatan yang digunakan dalam proses pengambilan keputusan, sampai
mengevaluasi pemilihan alternatif.
AHP (Analytic
Hierarchy Process)
Untuk
mengidentifikasi masalah yang dihadapi oleh Departemen Sumber Daya Manusia
di UNIVERSITAS GUNADARMA digunakan pendekatan AHP. Salah satu teknik
pengambilan keputusan/ optimasi multivariate yang digunakan dalam analisis
kebijaksanaan. Pada hakekatnya AHP merupakan suatu model pengambil keputusan
yang komprehensif dengan memperhitungkan hal- hal yang bersifat kualitatif dan
kuantitatif. Dalam model pengambilan keputusan dengan AHP pada dasarnya
berusaha menutupi semua kekurangan dari model-model sebelumnya. AHP juga
memungkinkan ke struktur suatu sistem dan lingkungan kedalam komponen saling
berinteraksi dan kemudian menyatukan mereka dengan mengukur dan mengatur dampak
dari komponen kesalahan sistem (Saaty,2001)
Peralatan utama dari model ini
adalah sebuah hirarki fungsional dengan input utamanya adalah persepsi manusia.
Jadi perbedaan yang mencolok model AHP dengan model lainnya terletak pada jenis
inputnya. Terdapat 4 aksioma-aksioma yang terkandung dalam model AHP
1.
Reciprocal
Comparison artinya pengambilan keputusan harus dapat memuat
perbandingan dan menyatakan preferensinya. Prefesensi tersebut harus memenuhi
syarat resiprokal yaitu apabila A lebih disukai daripada B dengan skala x, maka
B lebih disukai daripada A dengan skala 1/x
2.
Homogenity artinya
preferensi seseorang harus dapat dinyatakan dalam skala terbatas atau dengan
kata lain elemen- elemennya dapat dibandingkan satu sama lainnya. Kalau aksioma
ini tidak dipenuhi maka elemen- elemen yang dibandingkan tersebut tidak homogen
dan harus dibentuk cluster (kelompok elemen) yang baru
3.
Independence
artinya preferensi dinyatakan dengan mengasumsikan bahwa kriteria tidak
dipengaruhi oleh alternatif-alternatif yang ada melainkan oleh objektif
keseluruhan. Ini menunjukkan bahwa pola ketergantungan dalam AHP adalah searah,
maksudnya perbandingan antara elemen-elemen dalam satu tingkat dipengaruhi atau
tergantung oleh elemen-elemen pada tingkat diatasnya
4. Expectation
artinya untuk tujuan pengambil keputusan. Struktur hirarki diasumsikan lengkap.
Apabila asumsi ini tidak dipenuhi maka pengambil keputusan tidak memakai
seluruh kriteria atau objectif yang tersedia atau diperlukan sehingga keputusan
yang diambil dianggap tidak lengkap
Selanjutnya Saaty (2001) menyatakan
bahwa proses hirarki analitik (AHP) menyediakan kerangka yang memungkinkan
untuk membuat suatu keputusan efektif atas isu kompleks dengan menyederhanakan
dan mempercepat proses pendukung keputusan. Pada dasarnya
AHP adalah suatu metode dalam merinci suatu situasi yang kompleks, yang
terstruktur kedalam suatu komponen-komponennya. Artinya dengan menggunakan
pendekatan AHP kita dapat memecahkan suatu masalah dalam pengambilan keputusan.
Prinsip Kerja AHP
Prinsip kerja AHP adalah penyederhanaan suatu persoalan
kompleks yang tidak terstruktur, stratejik, dan dinamik menjadi
bagian-bagiannya, serta menata dalam suatu hierarki. Kemudian tingkat
kepentingan setiap variabel diberi nilai numerik secara subjektif tentang arti
penting variabel tersebut secara relatif dibandingkan dengan variabel lain.
Dari berbagai pertimbangan tersebut kemudian dilakukan sintesa untuk menetapkan
variabel yang memiliki prioritas tinggi dan berperan untuk mempengaruhi hasil
pada sistem tersebut (Marimin, 2004).
Prosedur AHP
Pada dasarnya langkah-langkah dalam metode AHP meliputi :
1.
Menyusun hirarki dari
permasalahan yang dihadapi.
2.
Penilaian kriteria dan alternatif
Kriteria dan alternatif dinilai
melalui perbandingan berpasangan. Menurut Saaty (1988), untuk berbagai
persoalan, skala 1 sampai 9 adalah skala terbaik dalam mengekspresikan
pendapat. Nilai dan definisi pendapat kualitatif dari skala perbandingan Saaty
dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Skala Penilaian Perbandingan Berpasangan
Intensitas Kepentingan
|
Keterangan
|
1
|
Kedua elemen sama pentingnya
|
3
|
Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya
|
5
|
Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
|
7
|
Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen lainnya
|
9
|
Satu
elemen mutlak penting daripada elemen lainnya
|
2,4,6,8
|
Nilai-nilai antara dua nilai
pertimbangan-pertimbangan yang
berdekatan
|
Perbandingan dilakukan berdasarkan
kebijakan pembuat keputusan dengan menilai tingkat kepentingan satu elemen
terhadap elemen lainnya Proses perbandingan berpasangan, dimulai dari level
hirarki paling atas yang ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian
diambil elemen yang akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka susunan
elemen-elemen yang dibandingkan tersebut akan tampak seperti pada gambar
matriks di bawah ini :
Tabel 2. Contoh matriks perbandingan berpasangan
A1
|
A2
|
A3
|
|
A1
|
1
|
||
A2
|
1
|
||
A3
|
1
|
Untuk menentukan nilai kepentingan relatif antar elemen
digunakan skala bilangan dari 1 sampai 9 seperti pada Tabel 1., Penilaian ini
dilakukan oleh seorang pembuat keputusan yang ahli dalam bidang persoalan yang
sedang dianalisa dan mempunyai kepentingan terhadapnya.
Apabila suatu elemen dibandingkan
dengan dirinya sendiri maka diberi nilai 1. Jika elemen i dibandingkan dengan
elemen j mendapatkan nilai tertentu, maka elemen j dibandingkan dengan elemen i
merupakan kebalikannya.
Dalam AHP ini, penilaian alternatif
dapat dilakukan dengan metode langsung (direct),
yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data kuantitatif. Biasanya
nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya atau dari pengalaman
dan pengertian yang detail dari masalah keputusan tersebut. Jika si pengambil
keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang besar mengenai masalah
keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung memasukkan pembobotan dari
setiap alternatif.
3. Penentuan prioritas
Untuk setiap kriteria dan alternatif, perlu dilakukan
perbandingan berpasangan (pairwise
comparisons). Nilai-nilai perbandingan relatif kemudian diolah untuk
menentukan peringkat alternatif dari seluruh alternatif.
Baik kriteria kualitatif, maupun
kriteria kuantitatif, dapat dibandingkan sesuai dengan penilaian yang telah
ditentukan untuk menghasilkan bobot dan proritas. Bobot atau prioritas dihitung
dengan manipulasi matriks atau melalui penyelesaian persamaan matematik.
Pertimbangan-pertimbangan terhadap
perbandingan berpasangan disintesis untuk memperoleh keseluruhan prioritas
melalui tahapan-tahapan berikut:
a.
Kuadratkan matriks
hasil perbandingan berpasangan.
b.
Hitung jumlah nilai
dari setiap baris, kemudian lakukan normalisasi matriks.
4.
Konsistensi Logis
Semua elemen dikelompokkan secara
logis dan diperingatkan secara konsisten sesuai dengan suatu kriteria yang
logis.
Matriks bobot yang diperoleh dari
hasil perbandingan secara berpasangan tersebut harus mempunyai hubungan
kardinal dan ordinal. Hubungan tersebut dapat ditunjukkan sebagai berikut
(Suryadi & Ramdhani, 1998):
Hubungan kardinal :
aij . ajk = aik
Hubungan ordinal :
Ai > Aj, Aj > Ak maka Ai
> Ak
Hubungan diatas dapat dilihat dari dua hal sebagai berikut
:
- Dengan melihat preferensi multiplikatif, misalnya bila anggur lebih enak empat kali dari mangga dan mangga lebih enak dua kali dari pisang maka anggur lebih enak delapan kali dari pisang.
- Dengan melihat preferensi transitif, misalnya anggur lebih enak dari mangga dan mangga lebih enak dari pisang maka anggur lebih enak dari pisang.
Pada keadaan sebenarnya akan
terjadi beberapa penyimpangan dari hubungan tersebut, sehingga matriks tersebut
tidak konsisten sempurna. Hal ini terjadi karena ketidakkonsistenan dalam
preferensi seseorang.
Penghitungan konsistensi logis dilakukan dengan
mengikuti langkah-langkah sebagai berikut :
a. Mengalikan matriks dengan proritas bersesuaian.
b. Menjumlahkan hasil perkalian per baris.
c. Hasil penjumlahan tiap baris dibagi prioritas
bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.
d.
Hasil c dibagi jumlah elemen, akan didapat λmaks.
e. Indeks Konsistensi (CI) = (λmaks-n) / (n-1)
f.
Rasio
Konsistensi = CI/ RI, di mana RI adalah indeks random konsistensi. Jika rasio
konsistensi ≤ 0.1, hasil perhitungan data dapat dibenarkan.
Daftar RI dapat dilihat pada Tabel 3..
Tabel 3. Nilai Indeks Random
Ukuran
Matriks
|
Nilai
RI
|
1,2
|
0,00
|
3
|
0,58
|
4
|
0,90
|
5
|
1,12
|
6
|
1,24
|
7
|
1,32
|
8
|
1,41
|
9
|
1,45
|
10
|
1,49
|
11
|
1,51
|
12
|
1,48
|
13
|
1,56
|
14
|
1,57
|
15
|
1,59
|
Gambaran Umum Sistem
Sistem
yang dikembangkan adalah sebuah sistem yang berupa perangkat lunak yang
membantu pengambil keputusan yakni Departemen Sumber Daya Manusia untuk pemilihan
karyawan berprestasi berdasarkan kinerjanya. Dari analisis dokumen penilaian kinerja
yang diisi oleh seluruh karyawan dan kepala bagian dari tiap-tiap departemen lalu
diproses melalui pemodelan menggunakan AHP. Satu karyawan menilai teman se
departemennya, dan seorang kepala bagian menilai seluruh karyawan yang ada
di UNIVERSITAS GUNADARMA Depok.
Setiap
form isian dianalisis berdasarkan kriteria- kriteria penilaian. Analisis
dokumen-dokumen penilaian ini menghasilkan keluaran berupa nilai prioritas karyawan.
Kemudian setelah semua penilaian dianalisis, setiap penilaian diberi bobot,
untuk selanjutnya dilakukan analisis pada setiap karyawan.
Pengambil
keputusan dalam hal ini departemen SDM melakukan proses komunikasi dengan
sistem lewat dialog (GUI) yang telah disediakan. Departemen SDM dapat melakukan
pengolahan data dan memberi perintah pada sistem untuk mengolah data yang ada
sesuai model yang digunakan dan meminta sistem memberikan alternatif solusi
setelah dimasukkan beberapa kriteria dan bobot yang diperhitungkan. Keluaran
informasi sistem bisa dijadikan pertimbangan untuk menentukan karyawan yang
berprestasi berdasarkan prioritas.
Diagram
Alir (Flowchart) SPK
Untuk
menggambarkan diagram alir algoritma semua proses yang dijalankan Sistem
Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi dapat dilihat pada diagram
alir berikut:
Diagram Alir Utama
Dalam
diagram alir utama ini digambarkan algoritma secara umum semua proses yang ada
dalam Sistem Pendukung Keputusan. Proses diawali dengan pengisian form
penilaian, kemudian proses selanjutnya adalah proses Sistem Pendukung pemilihan
karyawan berprestasi. Algoritma utama ini dapat dilihat pada gambar 2.
Gambar 2. Diagram
Alir Sistem Pendukung Keputusan Utama
Diagram alir
Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan berprestasi
Diagram
alir yang digambarkan merupakan diagram alir Sistem Pendukung Keputusan pemilihan
karyawan berprestasi. Proses AHP ini digunakan untuk menghitung nilai intensitas kriteria dan karyawan.
Proses yang terdapat dalam Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan
berprestasi ini adalah proses AHP kriteria penilaian, proses AHP karyawan dan
proses hasil analisis.
Diagram alir AHP kriteria
Diagram
alir ini berfungsi untuk menggambarkan algoritma untuk proses AHP kriteria
Penilaian. Gambaran umum algoritma pada proses AHP kriteria ini dapat dilihat
pada Gambar 4. Proses yang terdapat dalam AHP kriteria ini adalah input
kriteria penilaian, set skala perbandingan berpasangan, dan analisis kriteria
Penilaian. Dalam AHP kriteria Penilaian ini, pengguna harus memasukkan
kriteria-kriteria penilaian yang akan dipakai pada form penilaian karyawan.
Penghitungan
nilai intensitas kriteria ini diawali dengan melakukan perbandingan berpasangan
dari tiap-tiap kriteria. Gambar 5. menjelaskan algoritma umum dari proses set
skala perbandingan.
Setelah
perbandingan berpasangan dilakukan, kemudian proses selanjutnya adalah proses
perhitungan nilai intensitas kriteria. Proses perhitungan nilai intensitas
kriteria penilaian ini dimulai dengan melakukan pengkuadratan matriks yang
dihasilkan pada saat perbandingan berpasangan, kemudian dilanjutkan proses
normalisasi matriks kuadrat tersebut, dan penghitungan konsistensi rasio.
Gambaran umum mengenai proses analisis kriteria penilaian ini dapat dilihat
pada Gambar 6.
Hasil
dari normalisasi matriks kuadrat ini adalah nilai intensitas kriteria penilaian.
Sedangkan gambaran umum mengenai proses kuadrat matriks dan normalisasi matriks
berturut-turut dapat dilihat pada Gambar 7. dan Gambar 8.
Pada
proses analisis kriteria ini juga terdapat proses untuk menghitung nilai konsistesi
rasio dari perbandingan berpasangan yang telah dilakukan. Nilai konsistensi
rasio ini bergantung pada banyaknya kriteria penilaian yang ada. Gambaran umum
algoritma untuk menghitung nilai konsistensi rasio ini dapat dilihat pada
Gambar 9
Gambar 9. Diagram Alir Konsistensi Rasio
Diagram Alir AHP Karyawan
Setelah nilai intensitas kriteria
penilaian diketahui, maka proses selanjutnya adalah proses AHP karyawan.
Gambaran umum algoritma AHP karyawan ini dapat dilihat melalui Gambar 10.
Proses-proses yang terdapat dalam AHP karyawan ini adalah input bobot karyawan
per kriteria dan hitung nilai intensitas karyawan per kriteria.
Proses AHP karyawan
ini dimulai dengan proses memasukkan nilai bobot karyawan tiap kriteria.
Gambaran algoritma untuk input bobot karyawan ini dapat dilihat pada Gambar 11.
Setelah
proses pemasukkan nilai bobot karyawan tiap kriteria disimpan, kemudian
dilakukan proses penghitungan nilai intensitas akhir. Rumus penghitungan nilai
intensitas karyawan per kriteria ini adalah dengan melakukan pembagian antara
bobot karyawan per kriteria dengan jumlah bobot karyawan per kriteria yang
telah dimasukkan tersebut. Gambaran algoritma hitung nilai intensitas program
ini dapat dilihat pada Gambar 12.
Gambar 12.
Diagram Alir Bobot Terhitung karyawan Per Kriteria
Diagram Alir Hasil Analisis
Setelah semua karyawan diberi bobot
untuk tiap kriteria, proses selanjutnya yaitu menghitung nilai intensitas total
karyawan. Gambaran umum mengenai algoritma proses hasil analisis penilaian dapat
dilihat pada Gambar 13.
Subsistem Manajemen Model
Subsistem
manajemen model merupakan metode yang digunakan dalam proses analisis SPK ini.
Subsistem
Manajemen Model SPK Pemilihan Karyawan Berprestasi Berdasarkan Kinerja
Analisis
pemilihan karyawan berprestasi berdasarkan kinerja dimodelkan oleh metode AHP.
Tiap-tiap kriteria diperbandingkan berdasarkan metode AHP, selanjutnya
masing-masing alternatif juga dianalisis
dengan metode AHP. Penentuan kriteria pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan
karyawan berprestasi ini dapat dilakukan oleh Departemen SDM.
Penilaian alternatif pada Sistem Pendukung Keputusan pemilihan karyawan
berprestasi ini dilakukan dengan metode langsung (direct), yaitu metode yang digunakan untuk memasukkan data
kuantitatif. Biasanya nilai-nilai ini berasal dari sebuah analisis sebelumnya
atau dari pengalaman dan pengertian yang detail dari masalah keputusan
tersebut. Jika si pengambil keputusan memiliki pengalaman atau pemahaman yang
besar mengenai masalah keputusan yang dihadapi, maka dia dapat langsung
memasukkan pembobotan dari setiap alternatif.
Keterangan
Gambar 14 :
- Hirarki terbawah adalah nama-nama karyawan yang ada di UNIVERSITAS GUNADARMA Depok.
- Hirarki kedua adalah kriteria-kriteria yang dipakai untuk menganalisis karyawan.
- Hirarki ketiga adalah hirarki yang berisi karyawan dengan prioritas tertinggi. Karyawan inilah yang layak mendapatkan reward atau penghargaan.
Implementasi
Pada gambar
15, merupakan cara menentukan perbandingan untuk tiap kriteria sesuai nilai
perbandingannya.
Pada gambar 16, merupakan
form untuk menilai karyawan berdasarkan tiap-tiap kriterianya. Misalkan
karyawan yang bernama armadyah, kriterianya adalah kualitas kerja, dan nilainya
sangat bagus.
Kesimpulan
Adapun kesimpulan-kesimpulan
yang didapatkan dalam penulisan ini:
1. Interval
bobot yang dipakai dalam penilaian karyawan ini adalah 0-4, dimana 0 adalah buruk, 1 adalah kurang dari cukup, 2
adalah cukup, 3 adalah baik, dan 4 adalah sangat baik. Semakin tinggi
nilai bobot penilaian dokumen maka semakin tinggi pula nilai intensitas total penilaian
karyawan.
2.
Hasil perhitungan AHP yang diterapkan
ini akan menghasilkan keluaran nilai intensitas prioritas karyawan tertinggi
sehingga karyawan yang memiliki nilai tertinggi layak untuk mendapatkan reward
atau penghargaan.
DAFTAR PUSTAKA
Armstrong, Michael, Performance
Management, Tugu Publisher, Depok, 2004.
Daihani,D.Umar. 2001. komputerisasi Pengambilan Keputusan. PT Elekmedia Komputindo,
Jakarta
Istijanto, Riset
Sumber Daya Manusia, Gramedia, Jakarta, 2005
Kosasi, S. 2002. Sistem Penunjang
Keputusan (Decision Support System). Departemen Pendidikan Nasional, Pontianak.
Marimin. 2004. Teknik
dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. Penerbit PT Grasindo,
Jakarta.
Saaty,
T.L. 2001. Decision Making For Leaders. Forth edition, University of Pittsburgh,
RWS Publication.
Saaty,
T.L.1988. Multicriteria Decision Making : The Analytic Hierarchy Process.
University of Pittsburgh, RWS Publication, Pittsburgh
Suryadi, K. dan Ramdhani, MA.1998. Sistem Pendukung Keputusan. PT Remaja
Rosdakarya, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar